Saturday, October 22, 2011

Komitmen

Ya. Aku harus mengalah. Mengalah pada perasaan. Mengedepankan komitmen. Mengedepankan apa yang udah di ucapkan...
Pedih memang. Saat perasaan berkata ini, dan komitmen tak sejalan. Sempat merasa menyesal, mengapa pernah membuat komitmen seperti itu. Tapi, mau dikata apa?
Walaupun kita sendiri yang punya komitmen, dan itu berarti, ya kita berhak gitu dong buat di batalkan. Apa salahnya gitu kan?
Tapi.......

Itu tak semudah yang di pikirkan. Tak semudah membalikkan telapak tangan.
Butuh proses, butuh alasan yang kuat untuk mematahkan komitmen tersebut. Meskipun tidak ada orang lain yang akan dirugikan atau apapunlah itu.. Komitmen ini bener-bener hanya untuk kita, dari kita. Layaknya makna demokrasi,
"Dari Rakyat, Oleh rakyat, Untuk rakyat, "
Seperti itulah komitmen.
Cuma yang membedakan, yang demokrasi itu melibatkan beberapa pihak, sedangkan komitmen hanya satu pihak. Ya, diri kita sendiri.
Sekarang gini,
Anggaplah kamu di vonis tidak boleh makan coklat, karna kamu mengidap penyakit kalo udah makan coklat maka gigi kamu akan tonggos dalam 5 menit. Ntahlah, apa ada penyakit seperti itu. Anggap saja ada. Oke, lupakan soal tonggos.. Back to topic, di saat kamu sudah komitmen untuk tidak pernah makanan itu. Tapi.... Begitu kamu masuk ke pabrik Charlie and The Chocolate Factory..... Yaa... Nenek-nenek gosok gigi juga tau, gak bakal ada orang yang gak pengen buat nyobain coklat disana.
Nah, disini lah dimulai. Perperangan antara perasaan dan komitmen. Di satu sisi, komitmen sudah terucap dari bibir. Di satu lagi, perasaan mengatakan, "Oh yeah, C'mon, cuma sekali doang kok."
Yang mana akan dipilih?
Saya bingung.
Anda juga bingung.
Tante2 penjual lontong di seberang gang rumah saya juga bingung.
Umpph, Lupakan soal tante......
Kita telusuri one by one.
Dari segi komitmen, ya jelas, itu udah kaya sumpah gitu. Hukumnya wajib, kekal, abadi. Ceileh. Hahaha.
Dari segi perasaan, ya wajar sih. Pasti bakal galau kronis. Tapi di liat dan di telusuri lebih lanjut, bener2 tidak ada untungnya kamu memakan coklat tsb.
1. Gigi kamu akan tonggos
2. Kamu malu
3. Bakal jadi bahan lelucon
4. Oh come on, who's gonna have a chemistry with you?
5. Kalo kamu makan coklat nya, bakal nambah lemak
6. Narji dapat kawan.

See ya?
Bener2 gak ada yang menguntung kan. Terlihat, memang harus gamau, kita harus mengalah pada kenyataan bahwa komitmen yang menang. Mutlak.

Now, u already heard my story... Did u understand what I feel ryt now?
Yeah. I feel upset. And I have to lose with commitment.

Sekalipun, mungkin perasaan itu akan membuat kita bahagia atau bagaimanapun. Sebesar apapun rasa bahagia atau rasa senang yang ditimbulkan oleh si perasaan ini, jika ada komitmen, maka komitmen lah yang akan menang. Ibarat, telunjuk bisa saja mengalahkan kelingking, but wait.. Till it'll see there's a thumb wait for its. Hahahahaha.

Ya... Setelah melalui tahap galau, galau maksimal dan galau kronis. Kali ini, saya benar-benar harus mengalah pada komitmen.

Sekali lagi, Perasaan menang dan



Sekali lagi, Mengalah.

No comments:

Post a Comment